SELAMAT DATANG

ini adalah situs yang memberikan informasi seputar Sejarah Labuhanbatu dan keberadaan Kerajaan-kerajaannya dimasa lalu. Daerah-daerah yang saling berhubungan akan dipublikasikan. Juga dilengkapi film-film tempo dulu, photo-photo lama dan photo-photo yang berkaitan dengan budaya, adat dan istiadatnya, serta pemerintahan di masa penjajahan.

Jumat, 04 November 2011

Cover Depan

Posted by winzCyber 20.17, under | 1 comment


Cover depan PANITIA PENYUSUNAN SILSILAH ZURIAT MAHRUM RAJA BESAR MUDA. Merupakan panitia yang pernah dibentuk untuk menggali dan menyusun ulang silsilah Mahrum (marhum- red) Raja Besar Muda Panai.

Sampel Silsilah Kerajaan Kotapinang (arab melayu)

Posted by winzCyber 19.37, under | No comments



Ini adalah sampel dokumen tentang periwayatan garis keturunan / silsilah Kerajaan Kotapinang yang ditulis dalam bentuk arab melayu. Dokumen ini ditulis ketika Pemerintah Belanda meminta agar semua kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatera Timur mengirimkan silsilah kerajaan masing-masing.

Wafatnya Raja Murai Perkasa Alam

Posted by winzCyber 10.31, under | 3 comments

............................................................................................ Setelah kandasnya penyerangan Raja Murai ke Kotapinang yang mengakibatkan jatuhnya korban yang cukup banyak di pihak Raja Murai (terdapat dalam sejarah Bilah), Raja Murai sudah tidak berkeinginan lagi untuk  meluaskan Kerajaan Panai. Namun demikian, Kampung Sipege (pusat Kerajaan Panai) tetap dilakukan penjagaan ekstra karena dikhawatirkan adanya serangan balasan yang akan dilancarkan pihak Kotapinang. Dan pada dasarnya pihak Kotapinang memang tidak puas dengan adanya penyerangan dari Raja murai. Namun demikian, mengingat keadaan air sungai yang selalu surut, juga dalam keadaan air pasang pun tak sampai menjangkau Kotapinang, jika kondisi ini dipaksakan oleh pihak Kotapinang, tentu akan membahayakan, mereka akan menjadi bulan-bulanan peluru meriam yang ditempatkan Kerajaan Panai di pinggiran sungai.

    Akhirnya pihak pihak Kotapinang membuat perubahan, yaitu melakukan penyerangan dari jalan darat, yaitu dengan cara melakukan penyerangan dan melumpuhkan Kerajaan Bilah terlebih dahulu, setelah itu melakukan penyerangan ke Kerajaan Panai. Kerajaan Bilah, pada masa itu dipimpin oleh Raja Laut, adik dari Raja Murai. 

    Penyerangan pihak Kotapinang terjadi juga, namun pihak Raja Laut memukul mundur pihak Kotapinang. Dengan kandasnya penyerangan pihak Kotapinang ke Kerajaan Bilah, tentu mengakibatkan gagalnya balas dendam terhadap Raja Murai (Kerajaan Panai).Setelah kegagalan pihak Kotapinang melakukan serangan balik, berpuluh tahun kemudian tidak pernah lagi terjadi sengketa (perang) antara Kotapinang dan Panai maupun Bilah.

    Raja Murai, sebagai pendiri maupun raja pertama Kerajaan Panai, sejak dari Bagan Bilah, lalu di Kampung Sipege sebagai pusat Kerajaan Panai pertama, akhirnya wafat dalam usia tua. Raja Murai wafat sekitar tahun 1733 dan dimakamkan di Kampung Sipege (Marhum Sipege).

Setelah wafatnya Raja murai, rakyat Kerajaan Panai memberi gelar Perkasa Alam, sehingga menjadi RAJA MURAI PERKASA ALAM.
Wafatnya Raja Murai Perkasa Alam meninggalkan beberapa orang anak, antara lain:
- Raja Basonu. Turunannya yang diketahui yaitu Raja Tayang, yaitu ayahanda dari Raja Haji Aman (Labuhanbilik). Turunan ini merupakan Bintara Kanan di Kerajaan Panai.

- Raja Rawa, hingga saat ini belum diketahui keturunannya.

- Raja Umu, anak ketiga. Sesuai dengan amanat ayahnya (Raja murai), dia menjadi Raja Kerajaan Panai yang kedua.

- beberapa orang anak perempuan.


(bersambung)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Masa Kekuasaan Maharaja Nulong

Posted by winzCyber 02.33, under | No comments

Ketika Maharaja Nulong memegang kekuasaan Kerajaan Bilah yang kedua, dia merasa bahwa daerah kekuasaannya sangat sempit. Meskipun ada raja-raja kecil yang telah menguasai wilayah-wilayah yang ada di hulu sungai, namun Maharaja Nulong tidak ingin merampas atau mengambil alihnya, disebabkan juga pada masa itu tanah kosong masih luas.

Beberapa raja-raja kecil yang berada dalam wilayah Kerajaan Bilah pada masa itu antara lain :

- Raja Rantau Prapat, wilayah kekuasaannya ada di Rantau Prapat, keturunannya yang terakhir yang diketahui adalah Patuan Bolatan.
- Raja Siringo-ringo, wilayah kekuasaannya ada di Siringo-ringo (Rantau Prapat), raja terakhir adalah Raja Indar pahlawan.
- Raja Sihare-hare, yaitu daerah Sigambal, nama raja yang terakhir adalah Raja ulong.
- Raja Gunung Maria, , yaitu daerah Kampung Janji (Rantau Prapat), nama raja terakhir adalah Raja Ali.
dll.

Karena merasa sempitnya wilayah kekuasaan, maka Maharaja Nulong mencari daerah yang lebih luas untuk dijadikan pusat Kerajaan Bilah.
Setelah menyusuri Sungai Bilah, akhirnya rombongan Maharaja Nulong menemukan sebuah teluk yang banyak ditumbuhi pohon Belanti. Dengan mempelajari daerah yang baru ditemukannya itu, lalu daerah itu dinamakan Kampung Teluk Belanti.. Akhirnya pusat Kerajaan Bilah dipindahkan ke Teluk Belanti.

Mungkin, nama Teluk Belanti ini sudah tidak diketahui lagi dimana letaknya. Namun sebagai gambaran, menurut sejarahnya, sungai Bilah sangat besar, hampir menyerupai sungai Panai sekarang. Sungai Bilah merupakan cabang sungai Panai (Barumun). Sungai Bilah juga banyak mempunyai cabang, misalnya sungai Kalundang, sungai Merbau, sungai Air Kundur, dll. Sayangnya, anak-anak sungai ini sudah menjadi sungai mati dikarenakan perubahan alam, dan sungai Bilah pun kehulunya semakin mengecil.

Lokasi Teluk Belanti sebagai pusat Kerajaan Bilah yang dipegang oleh Maharaja Nulong, berada di sekitar Kampung Air Kecil sekarang. Dahulu, Teluk Belanti ini berada di tepi sungai Bilah, namun jika kita melihatnya sekarang Teluk Belanti ini sudah sangat jauh dari tepi sungai, mungkin sekitar 1 km.

                

                    (bersambung)

Kamis, 20 Oktober 2011

Musik Melayu

Posted by winzCyber 00.47, under | 5 comments

Download MP3
 Musik Melayu - Laksamana Labuhanbatu

Seperti hanya etnik-etnik yang lain, puak Melayu juga memiliki irama / musik yang khas yaitu Irama Melayu. Dari sejak masa dahulu hingga masa sekarang Irama Melayu cukup dikenal di Indonesia. Musik Melayu biasa dilantunkan di beberapa negara yang memang merupakan rumpun melayu seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura.

Di Indonesia, wilayah yang paling dikenal dengan musik melayunya adalah Sumatera Utara (terutama Deli) dan Riau. Kedua wilayah ini cukup aktif dalam mempopulerkan irama melayu sejak zaman dahulu. Untuk daerah-daerah lain juga ada seperti Kalimantan, Bintan, Palembang, dll

Para biduan musik melayu yang cukup dikenal seperti Nur'ainun, Asmidar Darwis, Yan Juned, Tiar Ramon, dll. Sementara itu biduan yang berasal dari Malaysia seperti P. Ramlee, Saloma, Rafeah Buang, Sudirman, dll

 Demi ikut melestarikan Musik Melayu, maka di blog ini disediakan koleksi lagu-lagu Melayu yang bisa di-download secara gratis melalui halaman DOWNLOAD MP3. Berbagai jenis musik melayu seperti Melayu Pop, Zapin, Ghazal, instrumentalia, dll, akan dihadirkan di blog ini.

Selamat menikmati dan jangan lupa beri komentar.



Jumat, 01 Juli 2011

PAS DJALAN

Posted by winzCyber 01.40, under | No comments


Ini adalah contoh SURAT JALAN bagi penduduk Bilah dan Panai yang akan melakukan perjalanan ke luar (luar negeri, misalnya ke Malaysia).

Melakukan perjalanan keluar negeri ini harus diketahui oleh Sultan dan disetujui oleh asisten residen /contraleur Belanda yang berkedudukan di Asahan.
Jika tidak memiliki Surat Izin bepergian keluar negeri (seperti masa sekarang, paspor) maka akan ditangkap dan akan dikenai tahanan.

Yang lebih menyulitkan adalah jika ada penduduk yang tidak disukai oleh sultan, tentu surat rekomendasi untuk mendapatkan SURAT IZIN BEPERGIAN ini tidak akan bisa didapat.

(arsip pribadi)

Kamis, 16 Juni 2011

KUPON GETAH KARET

Posted by winzCyber 03.01, under | 3 comments


Gambar diatas merupakan sebuah Kupon Getah Karet ( Hoost Verhouning ) yang diberlakukan di Sumatera untuk membatasi eksport getah ke luar negeri.
Pemberian kupon ini dengan cara semua penduduk atau petani karet didaftar dengan ketentuan sesuai banyaknya kebun karet penduduk.

Pembuatan kupon ini terjadi akibat membanjirnya hasil tanaman karet (getah), sementara itu permintaan pasar dunia tidak meningkat, akhirnya terjadi penumpukan getah dan penurunan harga. Maskapay-maskapay perkebunan karet mengalami kerugian terutama di semenanjung tanah melayu, karena itu diadakanlah kupon getah karet sehingga dapat dikontrol getah karet yang akan dibawa keluar (ekspor). Dengan secara tidak langsung, kupon ini merupakan surat jalan melakukan ekspor ke luar negeri.

(arsip pribadi)

SURAT HAK MENGUSAHAI TANAH

Posted by winzCyber 01.59, under | 3 comments


Ini adalah contoh SURAT HAK MENGUSAHAI TANAH yang terdapat di Labuhanbatu pada zaman penjajahan Belanda. Para penduduk yang ingin mendapatkan tanah harus memiliki surat ini dari pihak Belanda agar tidak dianggap ilegal.
Surat hak ini dipergunakan penduduk untuk memiliki tanah yang akan dipergunakan sebagai lahan pertanian ataupun membuat perumahan..

Dengan diterbitkannya surat (dokumen) ini maka pihak Belanda akan lebih mudah memantau pergerakan penduduk. Belanda juga akan lebih mudah memantau mana penduduk asli dan mana kaum pendatang.

(arsip pribadi)

Sabtu, 28 Mei 2011

VERKLARING

Posted by winzCyber 01.02, under | No comments

Ik ondergeteekende sultan Basjar Oedin, vorst van Serdang, in aanmerking nemende, dat bij door mij op 6 October 1865 (15 Djoemadil awal 1282) afgelegde verklaring (2) Eenige punten zijn voorbijgezien, warvan de opvolging echter kan strekken tot welzijn van mijn land en volk, verklaar thans plegtiglijk, dat ik niet allen de bovenbedoelde verklaring in alle deelen getrouw zal nakomen, maar dat ik evenzeer zoo zal handelen omtrent de volgende punten :

ten eerste, dat ik het welzijn des volks zal bevorderen;
ten tweede, dat ik met regtvaardigheid zal regeren;
ten derde, dat ik den zeeroof zal beletten;
ten vierde, dat ik de nijverheid zal beschermen;
ten vijfde, dat ik de scheepvaart zal beschermen;
ten zesde, dat ik aan schipbreukelingen hulp verleenen en gestrande goederen bergen zal en niet zal duiden dat mijne onderdanen zulks niet doen;
ten zevende, dat ik in geene staakundige aanraking zal treden met vreemde mogendheden;
ten achtste, dat ik met alle te mijner beschikking staade middelen en zooveel de inwendige toestand van mijn rijk zulks toelaat, voor de uitbreiding en verbetering van het volks onderwijs zal waken.

Gedaan te Deli, den 9den Januarij 1869.

Op de voorwaarden vervat in de bovenstaande verklaring, wordt door den resident van Riouw en onderhoorigheden, onder de nadere goedkeuring van Zijne Excellentie den Gouverneur-General van Nederlandsch-Indie, sultan Basjar Oedin, erkend als vorst van het landschap Serdang.

Gedaan te Deli, den 9den Januarij 1869.

De Resident van Riouw en onderhoorigheden,
(Gt.) E. NETSCHER.

Bovenstaande acte en verklaring (3) zijn goedgekeurd en bekrachtigd op heden den 26sten October des jaar 1879. 

De Gouverneur-General van Nederlandsch-Indie,
(Gt.) P. MIJER.


(1). Zie Gedrukte Stukken van de Tweede Kamer der Staten-General, Zitting 1870-1871. 15, no. 4.
(2). Zie deze verklaring onder CC2 van dezen bundel.
(3). De twee vorige zijn tegelijk met deze door den Gouverneur-General goedgekeurd en bekrachtigd.

Senin, 23 Mei 2011

SAMPEL SURAT JUAL BELI

Posted by winzCyber 19.49, under | No comments

Soerat Djoeal

   Bahwa saja jang bertanda tangan dibawah ini bernama WONGSOARDJO bertempat di Soengei Tampang Bilah, telah mengakoe dengan sesoenggoehnja mendjoeal sebidang kebon para kepoenjaan saja sendiri kepada RADJA MOEHAMMAD SJARIF bertempat di Negeri Lama, dengan harga f.100.-- (seratoes roepiah) maka adalah kebon saja terseboet letaknja di Soengei Tampang, jang mana perwatasannja seperti keterangan berikoet dibawah ini :

Sebelah Oetara pandjang 40 depa berwatas dengan Badol
     "       Timor        "       30    "           "             "     Hoetan
     "       Selatan      "       40    "           "             "     Oelong
     "       Barat         "       30    "           "             "     djalan besar

Maka kebon terseboet menoeroet peringgan peringgan jang diterangkan diatas ini telah tanggallah milik dari pada saja Wongsoardjo dan berpindah mendjadi milik dan hak pada Radja Moehammad Sjarif, dari pada sjah dan terangnja saja Wongsoardjo mendjoeal pada Radja Moehammad Sjarif, saja Wongsoardjo menoeroenkan tandatangan diachir soerat ini dengan tiada lagi daawa-daawi pada kemoedian hari.


Termaktoeb di Negeri Lama den 6 Maart 1926.-
Tandatangan saja jang mendjoeal      

Wongso (cap jempol) ardjo         




       Dengan setahoe kita : 
De Tengkoe Soetan van Bilah,      

                 oplast 

    De Tengkoe Besar Bilah ,

(cap kerajaan dan tanda tangan) 

 

ACTE VAN ERKENNING

Posted by winzCyber 15.36, under | No comments

Acte Van Erkenning

    Aangezien het den resident van Riouw en onderhoorigeden gebleken is, dat in de regering van het landschap  Serdang en onderhoorigeden, Pertjoet, Danai, Pabaoeangan, Bedagaij en Padang, behoorende tot het Rijk Siak Srie Indrapoera en onderhoorigheden, wettig is opgetreden als radja onder den naam van sultan Basjar Oedin, en als zoodaning behoort te worden erkend en aangezien door hem op heden in handen van den resident voornoemd de aan deze acte gehechte verklaring is afgelegd en beedigde.

    Zoo is het, dat de resident voornoemd heeft goedgevonden, als gevolmatigde van het Nederlandsch-Indisch Gouvernement, dat de opperheerschappij uitoefent over het Rijk van Siak Srie Indrapoera, voornoemden sultan Basjar Oedin in zijne rang als radja over het landscahp Serdang en onderhoorigheden te erkennen, gelijk geschiedt biz deze.

    Ten balijke waarvan deze acte is opgemaakt en onderteekend door den resident van Riouw-en onderhoorigheden op heden, den 16den Augustus 1862.






(Get) E. NETSCHER

Minggu, 22 Mei 2011

UDIN LAHAB

Posted by winzCyber 20.31, under | 6 comments

Pada suatu hakhi, ada saukhang tatangga si Udin mangadakan pesta pada malam hakhi, tapi tatangganya enen lupa pulak mangundang si Udin. Si Udin tokhus manunggu dan  manunggu datangnya undangan kasia, tapi indak jua datang undangan. Dalam hati, si Udin bapikekh, mangapa pulak tatanggaku yang ika indak mangundangku ka pestanya? kukhasa ia lupa mangundangku.
 
Kamudian, kakhena nampaknya pesta enen sudah dimulai, si Udin pun lalu mangambek salombakh kokhtas, lalu malipatnya, kamudian dimasokkannya kadalam sabuah amplop. Indak bakhapa lambat kamudian ia pun poi katompat pesta tatangganya enen.
 
"Aku mampunyai sabuah sukhat ponting buat tuan khumah", disobut si Udin ka salah satu pambantu yang ada di mukak pintu di pesta enen. Kamudian si pambantu enen mambawak si Udin kasabuah khuangan yang bosakh. Di khuangan enen samua undangan sodang basantap, makan malam. Lalu si Udin mangasikan amplop yang dibawaknya tain ka tatangganya yang punya pesta. Sasudah mangasikan amplop tain, ia pun langsung dudok dan mangisi mulutnya dengan makanan yang ada di meja.
 
Tatangganya enen lalu mambuka amplop dan manengok isinya, tapi indak ada apapun didalam amplop yang dipegangnya. Kamudian ia batanyak ka si Udin : "Botul jake kolok sukhat ika buatku? Alamat sukhatnya pun indak ada."
 
"Alamak jang, kukhasa pun didalam amplop enen indak ada isi sukhatnya, kakhena ondak copat-copat, jadi talupa." Enlah jawapan si Udin.
 
Yang namanya si Udin, kolok pasal makan, nomokh satu. Kolok ada pesta, diusahakannya supaya bisa datang walaupun indak dapat undangan. Botullah Udin lahab.

Jumat, 20 Mei 2011

SAMPEL SURAT JUAL BELI

Posted by winzCyber 21.18, under | No comments

SOERAT DJOEAL


     Bahawa saja iang bertanda tangan dibawah ini seorang peranakan Negeri Bilah bernama Mail bin Alang Gonggon waktoe ini di Negeri Bilah, telah mengakoe dengan sesoenggoehnja soedah mendjoealkan sebidang keboen getah para tanaman saja sendiri dengan harga toenai (contant)  kepada ini Tengkoe kelana.-

     Adalah pokok para getah jang saja djoealkan terseboet diatas letaknja (tempatnja) rapat sebelahkanan djalan mengadap ke Panai (di Soengai Tampang), dan pokok-pokok getah saja terseboet, sebelah barat (baroeh) rapat dengan djalan mengadap ke Panai, sebelah darat (timoer) berkalang dengan keboen para Radja Soeloeng Matsyarif, dan sebelah selatan berkalang dengan keboen Dollah jang  waktoe ini mendjadi kepoenjaan Mandak perempoean (anak dari Raman).

     Maka sekalian tanaman getah para dan lain-lain tanaman kepoenjaan saja Mail jang terkandoengdalam perwatasan jang saja terangkan diatas ini telah soedahlah saja djoealkan pada ini Tengkoe Kelana dengan harga toenai (Contant).

     Demikianlah dari pada sjah dengan njatanja menoeroenkan tandatanganlah saja Mail di bawah ini serta dihadapan s.p. Toeankoe Soeltan Negeri Bilah.


Negeri Lama kepada 8 Joeli 1927.-

                                                                                                                     Tanda tangan saja

                                                                                                                                  ( M a i l )

            Dengan setahoe kita
s.p. Tengkoe Soeltan negeri Bilah
O.L. De Tengkoe Besar van Bilah

             (Tengkoe Hasnan)





SI KANTAN (anak durhaka)

Posted by winzCyber 19.26, under | 1 comment

Legenda atau hikayat Pulau si Kantan merupakan bagian dari hikayat-hikayat yang ada di Labuhanbatu, terutamanya Labuhanbilik, Panai.
 
Seperti halnya kisah si Bongsu Alang, kisah Pulau si Kantan juga pernah diketengahkan, baik dalam bentuk buku cerita, syair, maupun dalam bentuk elektronik (digital). Namun, versi yang dikemukakan oleh para penulis-penulisnya terdapat beberapa perbedaan dengan versi yang ada pada kami. Mungkin karena para penulisnya tidak turun langsung ke lapangan untuk mencari kebenaran akan kisah Pulau Si Kantan. Jika pada masa sekarang ingin meneliti atau menelusuri cerita Pulau si Kantan, tentunya tidakbanyak lagi orang yang tahu, kecuali garis besarnya saja.

Legenda Pulau si Kantan pernah ingin dijadikan sebuah sinema televisi, namun karena berbagai kendala, pembuatan sinema Pulau si Kantan menjadi gagal, sungguh mengenaskan. Semoga, pada suatu hari nanti pembuatan cerita pulau si Kantan dalam bentuk sinema televisi bisa menjadi kenyataan. Amin.



ooooooooo000000oooooooo

Pada masa lalu, diantara suku-suku Melayu yang bertempat tinggal di pesisir pantai Sumatera Timur, terdapatlah sekelompok kecil suku Melayu yang berdiam di Sungai Panai, tak jauh dari muara Selat Malaka. Diantara kelompok itu, terdapatlah satu keluarga yang terdiri dari tiga orang, yaitu bapak, ibu, dan seorang anaknya yang bernama si Kantan. Pada masa mereka ini, Labuhanbilik merupakan hutan belantara.

Kehidupan keluarga si Kantan jauh dari mencukupi, sama seperti para tetangganya, hidup dalam kemiskinan. Disamping bertani dan menangkap ikan, mereka juga mencari hasil hutan, seperti kayu, damar, rotan, dll. Hasil-hasil hutan ini mereka jual kepada saudagar-saudagar yang sering datang ketempat mereka untuk membeli bahan-bahan tersebut. Hal ini berlangsung dari tahun ke tahun demi kelangsungan hidup.

Pada suatu hari, seperti biasanya, ketika ayah si Kantan sedang sibuk mengumpulkan hasil-hasil hutan,disaat tubuhnya mulai letih, dari kejauhan terlihat oleh matanya sebuah sinar keemasan di dalam rumpun Simambu (rotan). Karena sinar tersebut, ayah si Kantan menjadi merasa heran dan juga cemas.

Pada masa itu, agama Islam sudah dianut oleh mereka, namun kepercayaan lama (animisme) masih melekat. Percaya akan tahayul, hantu-hantu penunggu hutan dan laut, dll. Hal ini membuat ayah si Kantan bertambah takut jika mengingat hal-hal tadi. Namun, karena rasa keinginan yang kuat untuk mengetahui sinar tersebut, membuat ayah si Kantan memberanikan diri untuk melihatnya.

Dengan perasaan was-was dan langkah kaki yang perlahan-lahan, ayah si Kantan mendatangi rumpun Simambu. Semakin dekat, semakin kuat sinar yang terlihat. Setelah cukup dekat, terlihatlah oleh matanya satu rebung yang mengeluarkan cahaya tadi.
Selain bercahaya, keanehan yang lain adalah ukurannya lebih besar dari rebung-rebung yang lain, juga bentuknya yang agak ganjil dibanding rebung  biasa.Mulai dari pucuk rebung sampai ke pangkalnya, bersinar keemasan. Tanpa rasa takut lagi, ayah si Kantan lalu memotong rebung tersebut sampai batas rebung yang mengeluarkan cahaya, kemudian langsung membawa pulang rebung tersebut tanpa perduli lagi dengan hasil hutan yang telah ia kumpulkan tadi.

Dalam perjalanan pulang, ia terus mengamati benda tersebut. Walaupun  dalam hatinya mengatakan bahwa benda yang ditemukannya adalah benda berharga, tapi ia selalu berpikir apakah benda ini adalah sebuah jalan keberuntungan ataukah akan menjadi malapetaka. Karena berkecamuknya pikirannya, tanpa terasa dia telah sampai di rumah.

Sesampainya di rumah, ibu si Kantan merasa heran karena suaminya pulang ke rumah begitu cepat, tidak seperti biasanya. Sementara itu si Kantan tidak berada di rumah, pergi memancing. Setelah pikiran dan hati ayah si Kantan mulai mereda krn peristiwa yang baru saja terjadi, lalu ia mengeluarkan rebung bercahaya itu dari dalam bungkusan, kemudian memperlihatkannya kepada istrinya.

Alangkah terperanjatnya ibu si Kantan melihat benda tersebut hingga dia tidak bisa mengeluarkan kata sepatahpun. kemudian ayah si Kantan menceritakan dari awal kejadian ditemukannya benda itu. Ketika sedang bercerita, si Kantan pun pulang dari memancing. si Kantan juga ikut merasa heran dengan benda yang ada di hadapan kedua orang tuanya itu. Lalu si Kantan memegang dan mengamatinya, lalu mengatakan kepada bapak ibunya bahwa benda tersebut adalah emas. Kedua orang tuanya juga berpendapat demikian, namun yang mengherankan adalah mereka belum pernah melihat emas sebesar benda tersebut.

Kemudian mereka mengambil kesimpulan bahwa apa yang terjadihari ini merupakan sebuah anugerah, seolah-olah dengan ditemukannya benda tersebut merupakan jalan menuju perubahan hidup yang mereka alami, dari keadaan melarat menjadi lebih baik. Karena asiknya memperbincangkan benda tersebut, akhirnya si Kantan lupa menanak nasi, seakan-akan mereka telah kenyang hanya dengan melihat benda yang baru saja ditemukan itu.


(bersambung)





Minggu, 01 Mei 2011

SISTEM SOSIAL BUDAYA

Posted by winzCyber 00.55, under | No comments

Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan sebuah sistem, yaitu sistem sosial-budaya karena didalam masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang melakukan kebiasaan, kegiatan, dan tata cara sehingga timbullah sebuah kesatuan atau komunitas.

Sistem berasal dari bahasa Yunani "systeme" yang memiliki arti seperangkat bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sebuah kerjasama yang teratur.
Dengan demikian, sistem sosial-budaya berarti "unsur-unsur sosial-budaya yang saling berkaitan dengan yang lain secara teratur, sehingga terbentuknya tata perilaku yang harmonis dan serasi bagi masyarakatnya".

Kebudayaan berisi pemikiran dan tindakan yang dimiliki oleh sekelompok orang atau masyarakat, ataupun seluruh bangsa.

Menurut seorang antropolog, C. Kluckhohn, terdapat tujuh (7) unsur kebudayaan yang dinamakan Cultural Universal. Dinamakan Universal karena ketujuh unsur-unsur tersebut terdapat disemua sistem sosial-budaya dimana pun, pada waktu lampau ataupun pada masa sekarang.
Unsur-unsur Cultural Universal tersebut yaitu :
1. Sistem kepercayaan atau religi
2. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
3. Sistem mata pencaharian hidup
4. Bahasa (tulisan, lisan, dan gerakan)
5. Peralatan dan perlengkapan hidup/teknologi
6. Kesenian (sastra, seni rupa, seni pertunjukan)
7. Sistem pengetahuan



1. Sistem kepercayaan atau Religi
    ***Sistem keyakinan memiliki subunsur yang begitu banyak. Diantara subunsur-subunsur yang paling banyak dipelajari para ahli yaitu :
- adanya konsepsi tentang tentang dewa-dewa (dewa baik maupun dewa jahat);
- sifat-sifat dan tanda-tanda dewa;
- konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam;
- tentang makhluk-makhluk halus, misalnya roh para leluhur
- hal penciptaan dunia dan alam (kosmogeni);
- bentuk dan sifat dunia (kosmologi);
- konsepsi tentang hidup dan mati/maut;
- dan lain-lain
      ***Upacara keagamaan secara khusus mempunyai empat (4) bidang yang diperhatikan oleh para ahli, yaitu :
- Lokasi upacara keagamaan, misalnya masjid, candi, gereja, kuil, makam;
- Waktu pelaksanaan upacara keagamaan, misalnya hari keramat, hari beribadah;
- alat-alat upacara keagamaan, misalnya lonceng suci, patung, genderang suci;
- Yang melaksanakan upacara keagamaan, misalnya pendeta, biksu, dukun.

      ***Penganut Religi yaitu sekelompok orang atau masyarakat yang melaksanakan rangkaian peristiwa keagamaan atau religi. Hubungan antara penganut religi dan pemimpin religi tidak akan terpisahkan, baik dalam saat adanya upacara keagamaan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
   ***Sistem kekerabatan merupakan unit sosial dimana tiap-tiap individu pasti memiliki hubungan keturunan atau hubungan darah. Dalam menentukan hubungan kekerabatan, maka kita harus bisa menentukan siapa yang menjadi pusat acuan (referensi) agar kita bisa menempatkan diri kita (ego).

      ***Organisasi sosial adalah sistem sosial secara keseluruhan yang memiliki identitas kolektif yang bersifat tegas, memiliki daftar anggota, memiliki program kegiatan, mempunyai tujuan yang jelas, memiliki prosedur dalam penerimaan anggota dan pemecatan anggota. Dengan demikian, organisasi sosial terdapat hubungan antara individu-individu dan kelompok yang berwujud proses sosial.


3.  Sistem Mata Pencaharian Hidup
     Dalam Sistem Mata Pencaharian Hidup terdapat lima sistem yang dipelajari oleh para ahli, yaitu :
1. berburu dan meramu;
2. beternak;
3. cara menangkap ikan;
4. bercocok tanam di ladang;
5. bercocok tanam dengan cara menetap dan menggunakan irigasi

Pada masyarakat berburu pada zaman dahulu (bahkan pada masa sekarang, namun pada masyarakat tertentu) sering ditambahi dengan ritual yang bersifat ghaib, adanya bacaan atau mantra atau sesajen, dll untuk memperbesar hasil buruan. Perburuan ini dilakukan dengan peralatan yang seadanya, seperti batu yang ditajamkan (kapak perimbas, yaitu batu tajam yang digenggam, tidak bertangkai). setelah Von Koenigswald menemukan kapak perimbas ini pada tahun 1935, penemuan-penemuan lainnya semakin banyak. H. R. Van Heekeren dan R. P. Soejono merupakan ahli-ahli Antropologi yang kemudian melakukan penelitian berikutnya.

Perburuan ini juga tidak terlepas dari hak atas buruan, wilayah perburuan, hak milik alat-alat perburuan, dll. Seperti pada masa sekarang, sebagai contoh, pemilikan atas senjata api (senapan) untuk berburu harus dilengkapi dengan surat tanda kepemilikan yang sah. Dengan adanya surat izin ini, maka penggunaan senjata apai tersebut akan menjadi legal namun dengan batasan-batasan penggunaan yang telah disesuaikan tentunya. Untuk wilayah perburuan juga demikian, ada wilayah-wilayah tertentu yang tidak diperbolehkan menjadi lahan perburuan, misalnya hutan atau daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh seseorang atau pemerintah, atau wilayah konservasi, dll.

Pada masyarakat beternak juga demikian, terdapat batasan-batasan yang harus diikuti oleh para peternak. Seperti wilayah atau tempat beternak, batas tempat ternak yang diperbolehkan mencari makanan, dll.

Bagi masyarakat bercocok tanam, hak ulayat atau hak atas kepemilikan hutan atau wilayah, sumber-sumber air, merupakan hal yang utama. Dan hal ini (hak ulayat) sudah sejak lama ada. Pada masa sekarang, hak ulayat masih ada walau sudah tidak begitu banyak. Hak ulayat ini tidak memiliki surat pada dasarnya karena pada zaman dahulu tanah-tanah kosong (hutan) cukup luas, sehingga secara bebas bisa diambil dan dipergunakan. Perubahan hak atas tanah (ulayat) ini terjadi sesuai dengan perubahan sistem sosial, budaya dan teknologi pada masa sekarang. Akibatnya banyak terjadi penghapusan atas tanah ulayat.

Pada masyarakat yang mata pencahariannya adalah menangkap ikan, juga sama seperti hal-hal diatas, seperti hak atas tempat atau sungai-sungai tertentu untuk menangkap ikan, hak atas tempat berlabuh, dll.


4. Bahasa (tulisan, lisan, dan gerakan)
Melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dikembangkan serta dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Dengan adanya bahasa, membuat manusia mampu mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan, serta latar belakang masing-masing.

Fungsi bahasa  dapat diturunkan dari dasar dan motif bahasa itu sendiri, yaitu :
a. Alat untuk menyatakan ekspresi diri
b. Alat komunikasi
c. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
d. Alat mengadakan kontrol sosial


5. Peralatan dan perlengkapan hidup/teknologi
 

(bersambung)

Jumat, 22 April 2011

BERINAI DAN BERANDAM

Posted by winzCyber 07.09, under | No comments

Sebelum dilaksanakannya akad nikah atau peresmian perkawinan esok harinya, pada malam harinya kedua mempelai (di rumah masing-masing) meminta restu dari family-family yang tua-tua. Mereka juga akan ditepung tawari.

Selain itu juga, pada malam tersebut diadakan Berinai dan Berandam. Pada malam tersebut pihak keluarga si gadis (mempelai wanita) dengan rombongan kecil mengantar inai dan tepung tawar kepada keluarga mempelai laki-laki. Sebagai tanda terima kasih dari pihak mempelai laki-laki, maka membalasnya dengan memberikan kain, cermin, bedak dan lainnya kepada pihak mempelai wanita.

Cara berinai ini yaitu : kuku dan ujung jari tangan dan kaki dibungkus atau ditutupi dengan inai (sejenis tumbuhan yang kemudian ditumbuk halus). Inai yang telah dibalurkan ke jari atau kuku akan meninggalkan warna kuning kecoklatan. Selain jari dan kuku, bagian tepi telapak tangan dan kaki, juga telapak tangan diberikan inai, hal ini ditafsirkan untuk menambah tenaga ghaib dan mengusir setan.

Selain berinai, juga dilakukan Berandam terhadap mempelai wanita. Acara Berandam ini yaitu dengan cara memotong / menggunting sedikit-sedikit rambutnya agar cantik ketika didandan.

Sebenarnya masih ada lagi yang dilakukan sebelum diadakannya masa perkawinan ini, namun sekedar ini saja yang dapat dituliskan, mengingat terlalu banyak dan terlalu panjang. Harap maklum.


MERISIK ATAU JUGA TELANGKAI

Posted by winzCyber 06.41, under | No comments

Apabila suatu keluarga mempunyai seorang gadis yang telah dewasa (akil baligh) dan ada seorang pemuda yang menginginkan dirinya, maka si pemuda secara tidak langsung akan memberitahukannya pada kedua orang tuanya.. Jika kedua orang tua si pemuda menyetujuinya, maka ditugaskanlah secara diam-diam seorang wanita setengah baya (bisa tetangga atau kerabat jauh) untuk menyelidiki si gadis (dinamakan "Merisik").

Tugas merisik ini untuk melihat keadaan si gadis, sifat baik dan buruknya, juga keluarganya. Setelah itu, maka orang yang melakukan tugas penyelidikan ini akan membicarakan akan niatnya kepada keluarga si gadis.
Diterima atau tidaknya permintaan si Telangkai, biasanya keluarga si gadis akan meminta waktu beberapa hari untuk menjawabnya. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan keluaraga si gadis untuk menyelidiki pula keadaan si pemuda dan orangtuanya. Keluarga si gadis juga akan memberikan satu (1) hari bagi si Telangkai untuk datang kembali untuk memberi kesimpulan tentang maksud dan tujuannya.

Proses selanjutnya, si Telangkai datang kembali sesuai hari yang ditetapkan pihak keluarga si gadis untuk menerima kabar. Jika ternyata keluaraga si gadis tidak menyetujui atau melakukan penolakan, maka penolakan itu dilakukan dengan sangat sopan dengan alasan yang dapat diterima oleh si Telangkai. Misalnya : "anak kami belum ada niat untuk berumah tangga karena masih ingin menuntut ilmu (sekolah)."

Cara penolakan lamaran ini dilakukan dengan sopan agar tidak terjadi rasa sakit hati pada si pemuda. Jika si pemuda tahu diri, maka hal atau niat untuk melamar si gadis tidak akan diperpanjang lagi. Lalu bagaimana jika ternyata keluarga si gadis menyetujui niat si Telangkai?

Apabila keluarga si gadis menerima baik pinangan si pemuda, penerimaan ini akan diberitahukan  kepada si Telangkai dengan basa basi adat yang memburukkan keadaan si gadis. Misalnya :"anak kami tak begitu cantik, memasak pun belum begitu pandai, pendidikan pun hanya sekedarnya saja. Jika pun ada pemuda yang mengharapkannya, maka perlulah anak kami dituntun."

Setelah adanya penerimaan yang baik dari keluarga si gadis, maka si Telangkai langsung memberitahukannya kepada keluarga si pemuda. Acara selanjutnya adalah dengan membuat ketetapan hari untuk menyambung pembicaraan terdahulu yaitu acara meminang. Dengan adanya menetapkan waktu kapan acara meminang, artinya tugas si Telangkai telah berakhir.


Pada daerah lain (melayu), hal mengenai Telangkai ini, ada juga yang menjadi tugas yang diberikan oleh Kerajaan atau yang dinamakan "Penghulu Telangkai". Kalau di Bilah dan Panai, hal ini tidak terlalu dipentingkan, karena hal "merisik" ini sedapat mungkin orang lain jangan ada yang mengetahuinya. Kecuali jika ternyata keluarga si gadis menerima lamaran. Jika ternyata keluarga si gadis menolak? Tentu ada-ada saja perkataan dari orang lain yang bersifat negatif.

Selasa, 19 April 2011

Maharaja Nulong Dan Si Bongsu Alang

Posted by winzCyber 08.09, under | 2 comments

Ini adalah salah satu kisah atau hikayat yang terdapat di Bilah Hilir, Negerilama yang hampir tak pernah diungkapkan. Namun, orang-orang pada masa dulu banyak juga yang mengetahui akan hikayat Si Bongsu Alang ini.

Jika pun ada orang yang pernah mengungkapkan tentang hikayat ini, ceritanya jauh berbeda dari yang sebenarnya. Mungkin karena faktor sulitnya mencari orang-orang yang benar-benar mengetahui hikayat ini, akhirnya jalan cerita yang ditulis ditambahi atau dibubuhi dengan cara pikir penulisnya sendiri. Namun hal itu tidak apa-apa, yang perlu diambil sisi positifnya yaitu penulisnya telah berusaha untuk mengungkapnya ke khalayak ramai.

oooooooooooooooo000000000000oooooooooooooooo


Pada masa Sutan Yunus berkuasa sebagai Raja Gunung Suasa, salah seorang iparnya yang laki-laki pergi meninggalkan daerah Gunung Suasa setelah dia menikah untuk mencari perkampungan baru. Setelah menyusuri sungai Bilah kehilir, akhirnya mereka tiba di sebuah tempat, yang kemudian akhirnya dikenal dengan nama Kampung Buluh Mario.

Kampung Buluh Mario ini terletak dipinggir sungai bilah, sekarang tempat ini berada didaerah Sungai Mambang, sekitar 9 km dari pekan Negerilama. Namun nama kampung ini sudah tidak ada lagi, telah hilang ditelan waktu dan mungkin hanya segelintir warga yang pernah mengetahui adanya nama kampung ini.

Menurut kisahnya, ipar dari Sutan Yunus ini mempunyai 7 orang anak, namun 6 orang anaknya meninggal sewaktu masih kecil, akhirnya cuma seorang saja yang hidup untuk menjadi pelipur lara. Anak tersebut mereka beri nama Bongsu Alang, seorang perempuan yang cantik jelita. Lalu, adakah arti dari nama Bongsu Alang tersebut? Bongsu (bungsu) artinya anak terakhir, sementara Alang artinya anak yang ketiga. Maksudnya, karena tak memiliki kakak dan adik, maka jadilah dia yang pertama, ketiga dan terakhir.

Bongsu alang yang berparas cantik ini memiliki rambut yang panjang hingga ke tumit kaki. Lehernya yang jenjang bak pauh dilayang. Banyak lagi perumpamaan yang diberikan orang kepadanya karena kecantikannya.

Namun, dibalik kecantikan wajahnya, terdapat cacat yang tak sesuai dengan kecantikannya. Mungkin karena kecantikannya atau ntah apa, dia memiliki sifat angkuh dan sombong. Kalau diibaratkan dengan perkataan, maka tak obahnya dia itu seperti bunga dalam taman, dilihat boleh dipegang jangan. Pada masa itu sangat banyak pemuda yang ingin mempersunting dirinya, namun akhirnya mereka mundur satu-persatu setelah mengetahui akan sifat buruknya.

Sifat buruk yang dimiliki si Bongsu Alang ini juga dimiliki oleh ibunya yang akhirnya sering dipergunjingkan orang lain. Sangat berbeda dengan sang ayah. Ayahnya mempunyai sifat agak pendiam, suka membantu para tetangganya, tak pernah mengenal lelah atau jemu dalam membantu orang lain hingga akhirnya banyak disenangi.

Karena dua sifat yang berlawanan inilah maka akhirnya niat oarang-orang kampung ingin menyingkirkan mereka tidak jadi. Karena ayah si Bongsu Alang, maka oarang-orang kampung terpaksa menghormati keluarga ini.

Maharaja Nulong, setelah memindahkan pusat kerajaan ke daerah Teluk Belanti, sedang sibuk dalam menata pemerintahannya. Sebagai seorang pemuda yang sedang meningkat dewasa, Maharaja Nulong juga akhirnya mendengar akan kecantikan si Bongsu Alang. Namun, dia belum berpikir untuk mencari pendamping hidup. Akan tetapi, karena begitu santernya orang-orang membicarakan kecantikan si Bongsu Alang, akhirnya tergerak juga hatinya ingin melihat sampai dimana kecantikanya.
 
Setelah menyelidiki, akhirnya Maharaja Nulong mengetahui bahwa ternyata si Bongsu Alang masih merupakan kerabat dekatnya. Karena masih ada hubungan kerabat yang cukup dekat, akhirnya Maharaja Nulong punya alasan untuk melihat kecantikan si Bongsu Alang dari dekat, dengan alasan datang berkunjung untuk silaturrahmi keluarga.
 
(bersambung)


Jumat, 08 April 2011

LAHIRNYA CABANG-CABANG KETURUNAN KERAJAAN KOTA PINANG

Posted by winzCyber 02.02, under | 6 comments

Selama Batara Guru Gorga Pinayungan menjadi raja di daerah Pinangawan dan Bagan Sinombah, perkembangan sejarah pada masa pemerintahannya kurang begitu jelas diketahui. Batar Guru Gorga Pinayungan wafat disekitar tahun 1569 dalam keadaan yang cukup tua dan dimakamkan di Pinangawan, atau juga dikatakan Marhum Mangkat di Rotan Mumuk, Kotapinang.
Setelah wafat, kekuasaan lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Raja Musa (Sutan Musa). Setelah menjadi Raja, lalu Raja Musa memindahkan pusat kerajaan ke daerah Kotapinang yang awalnya berada di daerah Pinangawan.

Ketika Sutan Musa menjadi raja, banyak peristiwa penting yang terjadi, dan membuat pengungkapan sejarah daerah ini semakin terang.
Menurut sejarahnya, Sutan Musa memiliki 2 orang istri. Dari istri yang pertama memiliki 4 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan. Anak yang pertama bernama Maharaja Awan, anak kedua adalah Raja Abbas, lalu Raja Thahir, dan terakhir adalah Raja Rinto Binuang. Sementara itu anaknya yang perempuan bernama Siti Ungu Selendang Bulan atau juga dinamakan Siti Unei, dan anak perempuana yang terakhir tidak diketahui namanya. Dari istri kedua juga memiliki beberapa orang anak.

Ketika Sutan Musa sudah merasa tua dan merasa tak mampu lagi untuk menjalankan pemerintahan, lalu mengangkat anaknya Maharaja Awan menjadi raja Kotapinang yang ketiga. Salah seorang anaknya dari istri kedua juga menginginkan menjadi raja dan meminta kepada ayahnya (Sutan Musa) agar diangkat menjadi raja. Istri kedua Sutan Musa juga mendukung hal ini dan berharap agar keturunannyalah yang akan menjadi penerus kerajaan. Tapi semua ini tidak dikabulkan oleh Sutan Musa.

Disaat Maharaja Awan telah ditabalkan menjadi raja Kotapinang ketiga, semakin bertambahlah kemarahan dalam hati sang anak dari istri kedua tadi. Hal ini terjadi karena sudah sejak awal (sebelum adanya penunjukan Maharaja Awan menjadi raja) dia mengusulkan agar bisa menjadi raja menggantikan Sutan Musa. Akhirnya, dengan amarah yang membara, dia meninggalkan istana tanpa pamit. Kepergiannya juga membawa seekor ayam Kinantan, ayam jago keturunan dari Minangkabau.

Dalam perantauannya, hampir disetiap tempat, dia akan menyabung ayam jagonya dengan ayam-ayam lain. Tiap disabung, ayam Kinantan tersebut selalu menang. Berbulan-bulan anak Sutan Musa ini melakukan perjalanan, menjelajahi kampung demi kampung. Hingga akhirnya sampailah dia ke daerah Aceh, pada masa itu diperintah oleh Sultan Iskandar Muda.
Pada saat kedatangannya ke Aceh, disalah satu perkampungan sedang terjadi sabung ayam. Lalu dia melibatkan diri dalam permainan sabung ayam tersebut. Dalam sabung ayam ini, ayamnya (Kinantan) juga selalu menang dan akhirnya membuat dirinya menjadi cukup dikenal oleh orang-orang kampung. Ternyata Sultan Iskandar Muda juga mendengar hal ini. Sultan juga mempunyai seekor ayam jago yang jarang mendapat lawan tanding yang seimbang.

Karena Sultan juga mempunyai seeokor ayam jago, lalu dia menyuruh panglimanya untuk memanggil anak Sutan Musa tersebut menghadap ke istana. Anak Sutan Musa ini tidak pernah berfikir akan menemui seorang Sultan hanya karena ayam jagonya.



Kamis, 07 April 2011

Lapisan Sosial Masyarakat Melayu

Posted by winzCyber 03.23, under | 7 comments

Tingkatan lapisan sosial Masyarakat Melayu pada dasarnya sudah ada sebelum masa kolonial walaupun pada masa itu belum begitu kental terlihat dan memasyarakat.
Setelah cukup terbukanya hubungan dengan dunia luar, adanya hubungan perdagangan dengan negara asing, wilayah-wilayah di beberapa Kerajaan Melayu dijadikan kawasan perkebunan asing, akhirnya perubahan yang semakin kompleks terjadi terhadap pelapisan sosial masyarakat Melayu di Sumatra Timur.

Yang paling mendukung terjadinya perubahan ini adalah bertambahnya pembagian wilayah akibat bertambahnya jumlah penduduk yang akhirnya menambah "petugas" yang akan mengurus wilayah-wilayah yang baru tersebut, ditambah lagi adanya campur tangan bangsa asing (misalnya Belanda) untuk ikut menentukan siapa-siapa yang akan ditunjuk sebagai "petugas" tersebut.

Tingkatan sosial masyarakat Melayu pada dasarnya hanya mengenal 2 golongan, yaitu :

1. Kaum Bangsawan
2. Rakyat Kebanyakan (rakyat jelata)

Kaum Bangsawan dibedakan atas beberapa tingkatan, yaitu :
1. martabat (jasa)
2. jarak sosial
3. jarak hubungan kekerabatan dengan sang penguasa (Sultan)

Adapun tingkatan-tingkatan kebangsawanan tersebut yaitu :
1. Tengku
   Gelar Tengku digunakan untuk keturunan Sultan dan kerabatnya, juga untuk keturunan atuk-neneknya yang mempunya daerah sendiri pada masa lalu yang dipanggil dengan sebutan Tuanku.

Pemberian gelar Tengku hanya diberikan kepada seseorang yang mana orang tuanya memakai gelar tengku ataupun ayahnya yang memakai gelar tengku. Gelar kebangsawanan ini hanya diteruskan berdasarkan garis keturunan ayah. Artinya, jika ayahnya bukan tengku, tapi ibunya bergelar tengku, maka sang anak tidak berhak memakai gelar tengku.


2. Raja
  Adapun gelar kebangsawanan Raja di masyarakat Melayu, terutama Sumatra Timur, tidak sama pengertiannya dengan gelar Raja di daerah lain.  Pada masa kolonial Belanda, Raja adalah suatu tingkatan atau kedudukan yang menunjukkan tingkatan paling atas (kepala) yaitu mereka-mereka yang menguasai wilayah hukum yang luas ataupun kecil yang terdiri dari 4-5 rumah tangga.

Namun, pengertian pengertian gelar Raja ini berbeda dengan yang ada di masyarakat Melayu, seperti yang dipaparkan oleh Sultan Deli Tengku Amaluddin dalam suratnya yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Timur pada tahun 1933, yaitu gelar Raja digunakan pada seseorang jika seorang wanita yang memiliki gelar tengku dan memiliki suami atau menikah dengan seorang bangsawan asli, misalnya "raden" dari tanah jawa atau bangsawan asli dari Pagarruyung "sutan" (sumatera barat), maka anak-anaknya berhak memakai gelar "Raja".


3. Wan
    Penggunaan gelar Wan pada nama seseorang yaitu apabila seorang wanita yang memiliki gelar Tengku atau Raja menikah dengan orang kebanyakan, maka anak-anaknya memperoleh gelar Wan. Gelar ini akan diteruskan oleh anak laki-laki (garis keturunan diambil dari pihak laki-laki). Sedangkan wanita, disesuaikan dengan siapa kelak ia akan menikah. Jika martabat (derajat sosial) suaminya lebih rendah, maka gelar Wan ini bisa menjadi hilang (tidak bisa dipakai oleh anak-anaknya).


4. Datok / Datuk
   Selanjutnya adalah gelar Datok / Datuk. Gelar ini merupakan gelar yang diberikan oleh Sultan karena beberapa hal.

Sebenarnya, Gelar "Datok" ini merupakan sebuah gelar yang diperoleh dari Kesultanan Aceh (bukan murni gelar dalam masyarakat Melayu) yang diberikan pada seseorang yang memiliki wilayah otonomi pemerintahan yang mempunyai batasan antara dua sungai, dan mereka ini juga dinamakan "Datuk Asal".


5. Incek / Encik dan Tuan
    Incek / Encik dan Tuan adalah panggilan kehormatan kepada seseorang, laki-laki atau perempuan, dengan maksud untuk memuliakan/menghormatinya. Panggilan ini hanya bersifat sementara dan tidak berkelanjutan.

Inilah Tingkatan-tingkat gelar Kebangsawanan Melayu yang paling utama. Semoga pemahaman kita semakin bertambah dengan mengetahui asal-usul adanya penggunaan gelar yang melekat pada seorang warga Melayu.

Saya sangat berharap sekali jika ada kesalahan ataupun kekurangan dalam pemuatan Stratifikasi Sosial Masyarakat Melayu ini mohon kiranya dikoreksi, bisa melalui email ataupun kolom komentar.


Senin, 04 April 2011

KERAJAAN KOTAPINANG

Posted by winzCyber 02.29, under | 12 comments

SEJARAH DATANGNYA ANAK-ANAK SUTAN ALAMSYAH SYAIFUDDIN, RAJA NEGERI PAGARRUYUNG KE DAERAH LABUHANBATU dan TAPANULI SELATAN

Adapun Sejarah Kerajaan Kotapinang ini disusun oleh penulis (Raja Azman Syarif-alm) dengan bantuan Tengku Khairuddin, yaitu salah satu keturunan Kerajaan Kotapinang, yang mana cukup mengetahui akan sejarah lahirnya Kerajaan Kotapinang.
Penulisan Sejarah datangnya anak-anak Sutan Alamsyah Syaifuddin juga berdasarkan berbagai dokumen yang dikumpulkan, salah satunya adalah LAPORAN PIHAK KERAJAAN KOTAPINANG KEPADA ASISTEN RESIDENT ASAHAN, DENGAN SURATNYA YANG BERNOMOR 4/M v0/5 TERTANGGAL 12 NOVEMBER 1924, DIKELUARKAN DI KOTA BAHRAN (KOTAPINANG), DITANDATANGANI OLEH SERIPADUKA YANG DIPERTUAN KOTAPINANG (DIPERTUAN MUSTHAFA PERKASA ALAMSYAH).

Dari hasil penelusuran sejarah, Penulis dan Tengku Khairuddin membantah cerita diluaran mengenai Sejarah Kerajaan Kotapinang yang menyangkut anak-anak Sutan Alamsyah memasuki daerah ini, yang banyak terjadi kesimpangsiuran dan bertolak belakang dengan fakta.
Karena terjadi banyak kesimpangsiuran ini maka penulis dan Tengku Khairuddin mengambil satu kesimpulan demi meratakan jalanya sejarah daerah ini dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dari keturunan masing-masing.

Disekitar tahun 1520 Masehi, sesuai petunjuk Tambo yang ada, di Minangkabau (Sumatera Barat), terdapat Kerajaan Pagarruyung. Pada masa itu diperintah oleh Sutan Alamsyah Syaifuddin.
Berapa orang anak dari Sutan Alamsyah Syaifuddin tidak diketahui dengan jelas. Namun yang pasti (sesuai aturan yang berlaku), anaknya yang tertua tentulah menjadi raja menggantikan ayahnya. Selain itu terdapat lagi 3 orang anaknya (kalau memang betul) yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 wanita :

1. BATARA GURU GORGA PINAYUNGAN, atau juga dikatakan Marhum Mangkat di Rotan Mumuk Pinangawan (Kotapinang), merupakan Raja Kotapinang pertama yang berkedudukan di Pinangawan.
Nama ini kemungkinan bukan nama yang sebenarnya di Pagarruyung, hanya setelah meninggalkan istana, jatuh ke daerah Bagan Sinombah dan Pinangawan, kemudian oleh masyarakat dijadikan raja. Nama Batara Guru Gorga Pinayungan, diduga dibuat oleh masyarakat Tambak/Dasopang, yang mendiami daerah itu pada mulanya.

2. BATARA GURU GORGA PAYUNG, atau juga dikatakan SUTAN KUMALA YANG DIPERTUAN, yang jatuh ke daerah Penyabungan Mandailing (Tapanuli Selatan) dan dijadikan raja di daerah itu. Nama ini juga kemungkinan bukan nama yang sebenarnya, sama seperti  abangnya Guru Gorga Pinayungan.

3. PUTRI LINGGANI, atau juga dikatakan PUTRI LEGEN, turut bersama abangnya Guru Gorga Pinayungan.

Adapun penyebab kedatangan anak-anak Sutan Alamsyah Syaifuddin ke Labuhanbatu dan Tapanuli Selatan tidak dapat diketahui dengan jelas.

Menurut kisahnya, berdasarkan hasil laporan Raja Kotapinang kepada Asisten Resident Asahan, tiga bersaudara ini pergi meninggalkan Istana Pagarruyung, bersama mereka terdapat seekor anjing pemburu yang bernama "Cempaga Tua". Menurut Tambo Bilah dan Panai, selain seekor anjing, terdapat pula 2 ekor ayam Kinantan (ayam jago) dan sebuah tongkat berkepala emas.

Sabtu, 26 Maret 2011

PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Posted by winzCyber 16.53, under | No comments

PENGERTIAN BUDAYA

Kata BUDAYA merupakan kata majemuk dari kata BUDI-DAYA yang memiliki arti cipta, rasa, dan karsa. Kata BUDAYA pada dasarnya dipergunakan sebagai singkatan dari KEBUDAYAAN yang berasal dari bahasa Sanskerta BUDDHAYAH, bentuk jamak dari kata BUDDHI yang berarti BUDI atau AKAL.

Dalam bahasa Latin berasal dari kata COLERA, sementara bahasa Belanda yaitu CULTUUR, dan bahasa Inggris adalah CULTURE.

COLERA (Latin) memiliki arti Mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian, lambat laun akhirnya berubah menjadi CULTURE, yaitu SEGALA DAYA DAN AKTIVITAS MANUSIA UNTUK MENGOLAH DAN MENGUBAH ALAM.

Para sarjana-sarjana ilmu sosial banyak yang memberikan definisi tentang pengertian budaya. A. L. KROEBER dan C. KLUCKHOHN pernah melakukan pengumpulan definisi budaya yang dipakai oleh masyarakat dalam bentuk tulisan (catatan). Ada sekitar 160 buah definisi budaya yang mereka dapatkan. Dari 160 buah definisi tersebut, semuanya mereke teliti, mencari latar belakang, prinsip, dan intinya. Kemudian mereka membuat klasifikasi kedalam beberapa tipe definisi. Buku yang berjudul "CULTURE, A CRITICAL OF CONCEPTS AND DEFINITIONS" merupakan hasil dari penelitian definisi budaya yang mereka temukan.

Menurut E. B. TAYLOR, 1871:
"suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat"

Menurut KOENTJARANINGRAT, 1979:
"keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar"

Menurut HERSKOVITS, 1955:
"bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia"


BUDAYA YANG BERSIFAT ABSTRAK

Budaya yang bersifat abstrak adalah budaya yang terbentuk dalam pikiran manusia. Budaya abstrak ini terbentuk dalam wujud ide, gagasan, norma-norma, peraturan-peraturan, serta cita-cita.
Dengan demikian, budaya yang bersipat abstrak adalah wujud ideal dari budaya. Dalam pengertian, ideal dalam berpikir untuk memiliki harapan, cita-cita yang sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.

Pada masa sekarang ini, wujud ideal ini sudah banyak tersimpan dalam karangan-karangan, buku-buku, film, dan media komputer.


BUDAYA YANG BERSIPAT KONKRET

Budaya yang besipat konkret adalah budaya yang berpola dari tindakan atau perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang bisa kita lihat, diraba, diamati, disimpan, atau bahkan difoto.

Menurut RALPH LINTON dalam mengatur hubungan antarmanusia terdapat DESIGNS FOR LIVING atau garis-garis petunjuk dalam hidup sebagai bagian budaya. Mislanya :
1. apa yang baik dan buruk, apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, apa yang sesuai dan tidak  se
    suai dengan keinginan (valuational elements);
2. bagaimana orang harus berlaku (prescriptive elements) ;

3. perlukah diadakan upacara adat pada saat pertunangan, perkawinan, kelahiran, kematian, dan seterusnya (cognitive elements)

Menurut RALPH LINTON, salah satu unsur atau sebab paling utama yang membuat budaya manusia hingga seperti sekarang ini adalah BAHASA. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan alat berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi maka kebudayaan tidak ada.

Jumat, 25 Maret 2011

KERAJAAN BILAH

Posted by winzCyber 15.56, under | 42 comments

SEJARAH KERAJAAN BILAH

Sejarah Kerajaan atau Kesultanan Bilah ini catatan penulisannya diambil dari berbagai tempat dan dari orang-orang yang berhubungan langsung dengan adanya Kerajaan Bilah ini.

Orang yang paling banyak memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan kembali Sejarah Kerajaan Bilah ini adalah Raja Ongah Syarif (alm), merupakan ayahanda dari penulis (Raja Azman Syarif-alm).

Raja Ongah Syarif merupakan keturunan Kerajaan Bilah ke 10 menurut Tambo Kerajaan Bilah Asli. Hampir sepanjang hayatnya hidup dalam pergolakan di daerah ini (Bilah), yaitu terjadinya pertentangan dengan pihak penguasa (Kerajaan Bilah) yang seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi sama-sama berasal dari satu jalur keturunan. Namun, apa yang telah terjadi adalah masa lalu yang menjadi rangkaian sejarah yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta.

Boleh dikatakan bahwa beliau (Raja Ongah Syarif-pen) merupakan orang yang banyak tahu, apalagi pada masa dahulu dia adalah seorang Pokrol atau Pengacara dan mempunyai daya ingat yang cukup kuat. Lahir pada tahun 1897 di Labuhanbilik, dan wafat pada tanggal 25 Oktober 1988 (91 tahun) di Negerilama.

-----------------000000000000----------------

Setelah peristiwa terbunuhnya Sutan Musa disekitar tahun 1617, atau dikatakan Marhum Mangkat di Jambu (Kotapinang), semua anak-anaknya terpaksa melarikan diri.
Salah seorang anaknya yang bernama Raja Tahir, jatuh kedaerah Bandar Kumbol, dearah hulu sungai Bilah. Hal-hal yang terjadi pada masa kedatangannya ke daerah itu, sulit untuk ditelusuri dengan jelas. Namun, sesuai dengan perjalanan catatan sejarah, Raja Tahir gelar Indar Alam, menjadi Raja Kerajaan Bilah yang Pertama, berkedudukan di Bandar Kumbol, daerah hulu sungai Bilah, anak cabang sungai Barumun (Panai), sekarang dalam daerah Kecamatan Bilah Hulu, Kab. Labuhanbatu.

Dimasa Sutan Tahir Indera Alam menjadi Raja Kerajaan Bilah yang pertama (sekitar tahun 1623), wilayah kekuasaannya meliputi daerah Raja-raja kecil, yaitu: Kerajaan Rantau Prapat, Siringo-ringo, Sihare-hare (Sigambal), Gunung Maria, Bandar Kumbol, Sibargot, Tanjung Medan (hulu sungai Bilah),Kuala Pinarik, Merbau, dan lain-lain.

Walaupun menjadi raja, tetapi Sutan Tahir Indera Alam tidak mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, sebagaimana seharusnya seorang raja yang berkuasa. Wilayahnya hanya terbatas di daerah Kumbol yang juga sebagian dikuasai oleh Raja kecil Bandar Kumbol.
Kelihatannya, Sutan Tahir Indera Alam adalah Raja yang dirajakan oleh para raja-raja kecil di daerah itu dan kemungkinan setiap tahunnya membayar upeti, seperti Sultan Siak menerima upeti tiap tahunnya dari raja-raja di Sumatera Timur.

Walaupun Sutan Tahir mempunyai wilayah kekuasaan, tetapi hak tanah diusahai oleh masing-masing raja-raja kecil daerah itu, sementara dia hanya merupakan Raja Yang Dipertuan. Sebagai bukti daerah ini dibawah naungannya, ketika Belanda memasuki daerah ini pada tahun 1865, maupun kedatangan Maskapai Asing untuk mengambil tanah Consesi dari pihak kerajaan, terjadilah tuntutan dari raja-raja kecil tersebut untuk meminta bagian dari hasil tanah.

Dimasa pemerintahan Sutan Tahir Indera Alam terdapat sebuah wilayah yang tidak ingin tunduk padanya, yaitu Kerajaan Gunung Maria. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Malem Kuning Panjang Janggut atau juga dikenal dengan nama Raja Belimbing. Apa yang menyebabkan raja Belimbimbing tidak mau tunduk kepada Raja Tahir Indera Alam, kurang jelas diketahui.

Namun, dari hasil penelusuran penulis (Raja Azman Syarif) yang mana pernah menemui salah satu keturunan Kerajaan Gunung Maria yaitu Raja Juhar (telah berumur 92 tahun pada saat ditemui), wafat pada tanggal 17 Mei 1983 di Kampung Janji, Rantau Prapat, Raja Juhar (alm) mengatakan bahwa perselisihan kedua kerajaan ini tidak melibatkan orang lain (rakyat) melainkan hanya mereka berdua saja. Raja Belimbing tidak ingin diperintah di wilayahnya sendiri. Jika saja perselisihan ini melibatkan rakyat, sudah tentu akan terjadi pertumpahan darah, namun hal ini tidak pernah terjadi.

Oleh pihak Kerajaan Gunung Maria, Sutan Tahir Indera Alam diakui memiliki kesaktian yang sulit dimiliki oleh orang lain pada masa itu. (ketika saya mempostingkan pada bagian ini, merinding bulu kuduk saya...). Apabila Sutan Tahir terbunuh hari ini, maka esok hari dia akan hidup lagi. Jika tubuhnya bercerai berai, dia akan hidup dan utuh kembali.
Raja Belimbing juga memiliki kesaktian yang tak kalah hebatnya. Akhirnya persoalan diantara mereka berdua semakin berlarut-larut. Mereka akhirnya selalu adu kekuatan, namun tak seorangpun yang kalah. Cerita adu kekuatan ini sudah menjadi legenda di daerah hulu sungai bilah, walaupun mungkin pada masa sekarang sudah tidak banyak yang mengetahui.

Sutan Tahir mempunyai beberapa orang istri. Dari istri yang pertama, terdapat beberapa orang anaknya, yang lelaki hanya satu orang. Mungkin karena telah mendapat firasat, maka sejak meningkat dewasa, anaknya yang lelaki tersebut yang bernama Maharaja Nulong, dikirim kepada Sutan Yunus untuk dididik. Sutan Yunus adalah raja Kerajaan Gunung Suasa, yang juga bertempat di daerah hulu sungai Bilah, dan dia juga adalah sepupu Sutan Tahir.

Kepada Sutan Yunus, Sutan Tahir juga meninggalkan amanat yaitu apabila dia telah tiada maka anaknya yang bernama Maharaja Nulong tersebut harus diangkat menjadi penerus Kerajaan Bilah, yaitu menjadi raja Bilah. Adanya amanat ini pun juga diakui oleh pihak Kerajaan Gunung Maria. Menurut mereka, hal ini dilakukan Sutan Tahir karena dia merasa takut anaknya akan dibunuh juga.

Kembali ke kisah pertarungan Sutan Tahir dan Raja Belimbing yang tak kunjung selesai, akhirnya Raja Belimbing mendapatkan sebuah ide yaitu dengan cara mendekati salah satu istri Sutan Tahir untuk mencari informasi tentang kelemahan Sutan Tahir. Raja Belimbing akhirnya mengetahui titik kelemahan kekuatan Sutan Tahir.

Pada esok harinya kembali terjadi pertarungan, Sutan Tahir akhirnya bisa dikalahkan dan ditangkap. Sesuai petunjuk yang diperoleh, tubuh Sutan Tahir dipotong menjadua bagian. Kemudian Raja Belimbing memotong akar kayu yang tumbuh di tepi sungai, yang ujungnya sampai keseberang.

Demikianlah kisah wafatnya Sutan Tahir Indera Alam yang terjadi sekitar tahun 1650 akibat penghianatan salah seorang istrinya.

Setelah Sutan Tahir meninggal dunia, maka kekuasaan sementara dipegang oleh Sutan Yunus dari Kerajaan Gunung Suasa, untuk menunggu Maharaja Nulong menjadi dewasa. Sementara itu, Raja Belimbing tidak ingin merebut kekuasaan yang ditinggalkan oleh Sutan Tahir, dia sudah merasa cukup puas dengan tewasnya Sutan Tahir di tangannya.

Demikianlah riwayat Sutan Tahir, raja Kerajaan bilah yang pertama, yang berhasil dikumpulkan. Wafatnya Sutan Tahir tidak mempengaruhi hubungan baik antara Kerajaan Bilah dan Gunung Maria.

Tiga tahun kemudian, setelah kepergian Sutan Tahir, wafat pulalah Sutan Yunus, raja Gunung Suasa. Maharaja Nulong, walaupun masih dalam keadaan remaja, terpaksa naik menjadi raja Kerajaan Bilah yang kedua, sekaligus pemegang kekuasaan Kerajaan Gunung Suasa. Perlu diketahui, Sutan Yunus tidak mempunyai keturunan, oleh sebab itulah maka Maharaja Nulong menjadi pewarisnya.

                                                                                      

Kamis, 24 Maret 2011

KERAJAAN PANAI

Posted by winzCyber 16.34, under | 16 comments

SEJARAH KERAJAAN PANAI

Kerajaan Panai pada masa kolonial merupakan daerah yang termasuk dalam Residensi Sumatera Timur (menurut strukturnya, mulai terbentang dari Tamiang hingga daerah Riau).

Pada masa kolonial, daerah Panai / Labuhanbilik merupakan pelabuhan ketiga terbesar setelah pelabuhan Belawan dan Tanjung Balai. Begitu pesatnya, akhirnya terdapat perwakilan dagang asing di daerah ini seperti : Guntzel Schumacher ( Jerman ), Herrison ( Inggris ), Vanni dan Deli Aceh ( Belanda ). Selain itu terdapat juga sarana angkutan antar pulau / pelayaran asing seperti kapal “SS Ayutia” milik Jerman, K.P.M ( Belanda ).

Kapal pelayaran ini bergerak menuju Singapura, Malaysia, bahkan menuju Eropa. Saat pecah perang dunia pertama (1914-1918), kapal “SS Ayutia” berlabuh selama 4 tahun di Labuhanbilik.

Labuhanbilik atau Panai didirikan oleh Sutan Kaharuddin ( Marhum Kaharuddin ), Raja Kerajaan Panai ke 4, disekitar tahun 1815. Sebelumnya pusat kerajaan masih berada di hulu sungai. Sementara itu, Kerajaan Panai dibentuk oleh Raja Murai Perkasa Alam.

Asal nama Panai hingga saat ini belum ada yang pasti. Ada yang mengatakan nama Panai berasal dari bahasa Minangkabau (Paneh) yang artinya Panas. Hal ini ada juga benarnya mengingat daerah Panai merupakan daerah yang agak panas udaranya. Juga adanya petunjuk dari barang-barang peti kemas yang dibawa oleh kapal pengangkutan yang menujukan ke Paneh Labuhanbilik.

Sepuluh abad yang lalu, sebelum Kerajaan Panai berdiri, nama Panai atau Pannai telah ada. Nama ini ditemukan pada tahun 1030 masehi dalam sebuah prasasti. Oleh Prof. Nilakanta Sastri, seorang sarjana India, mahaguru Universitas Madras, pada tahun 1940 menterjemahkan isi prasasti tersebut ke dalam bahasa Inggris. Prasasti ini merupakan peninggalan Raja Rayendra Cola I, Kerajaan Tanjore (India Selatan), yang mana pernah melakukan penyerangan ke beberapa wilayah, termasuk wilayah Pulau Sumatera. Daerah yang menjadi tempat penyerangan di Pulau Sumatera antara lain Kerajaan Lamuri (Aceh), Pannai (Sumatera Timur),  dan Sriwijaya (Sumatera Selatan).

Salah satu isi atau nukilan dari prasasti tersebut adalah : "Pannai with water in its bathing ghats".
Pannai yang dimaksud disini terletak di daerah sungai Barumun (Panai), wilayah Sumatera Timur. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya berupa patung-patung tembaga di Padang Lawas oleh Prof. Schnitger, sarjana Belanda, pada tahun 1936. Salah satu diantaranya yaitu Candi Bahal I, merupakan bukti peninggalan Raja Rayendra Cola I yang pernah memasuki wilayah Sumatera Timur (Panai).


Namun, ada yang sangat berbeda dari isi prasasti tersebut (yang menyebut nama Pannai). Isi prasati yang menyebut nama Pannai terlalu sangat sederhana, sangat berbeda dengan isi prasasti yang menyebutkan nama daerah lain yang menunjukkan kedahsyatan penyerangan (pertempuran) yang dilakukan oleh Raja Rayendra Cola I. Sebagai contoh yaitu :
"(Rayendra) having despatched many ships in the midst of the rolling sea and having caught Sanrama Vijayattunggavarman, the King of Kadaram, together with the elephants in his glorious army, (took) the large heap of treasures which (that king) has rightfully accumulated".

Dari nukilan prasasti tersebut dapat diketahui betapa dahsyatnya penyerangan yang dilakukan oleh Raja Rayendra Cola I hingga akhirnya Raja Kadaram (Sang Rama Wijayatunggawarman) dapat ditawan. Hal ini sangat berbeda dengan nama Pannai, sepertinya tidak terjadi pertempuran.

Dapat ditarik kesimpulan yaitu, masuknya Raja Rayendra Cola I ke wilayah Pannai sepuluh abad yang lalu, mereka hanya menemukan daerah itu (Padang Lawas) masih sedikit penghuninya, belum ada kesatuan hukum,  ataupun belum ada ikatan kelompok yang dapat dikatakan sebagai sebuah Kerajaan.

Dari keterangan diatas, adanya nama Panai tentu setidaknya melibatkan nama sungai Panai (Barumun) ataupun sungai Batang Pane, anak cabang sungai Barumun. Diduga, nama sungai-sungai ini telah ada sebelum datangnya Raja Rayendra Cola I, kemudian dengan nama sungai inilah mereka gunakan untuk dituliskan dalam prasati.

Raja Murai Perkasa Alam juga ada kemungkinan menamakan daerah kerajaannya (Kerajaan Panai) bersumber dari nama sungai.


Demikianlah uraian singkat asal nama Kerajaan Panai. Walaupun demikian, data-data yang dituliskan diatas bukanlah menjadi data-data mutlak, namun jika ingin lebih dalam mengetahuinya lagi tentu akan sangat sulit ditelusuri. Yang pastinya, nama Panai atau Pannai telah ada 10 abad yang lalu.

oooo000000oooo