SELAMAT DATANG

ini adalah situs yang memberikan informasi seputar Sejarah Labuhanbatu dan keberadaan Kerajaan-kerajaannya dimasa lalu. Daerah-daerah yang saling berhubungan akan dipublikasikan. Juga dilengkapi film-film tempo dulu, photo-photo lama dan photo-photo yang berkaitan dengan budaya, adat dan istiadatnya, serta pemerintahan di masa penjajahan.

Sabtu, 26 Maret 2011

PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Posted by winzCyber 16.53, under | No comments

PENGERTIAN BUDAYA

Kata BUDAYA merupakan kata majemuk dari kata BUDI-DAYA yang memiliki arti cipta, rasa, dan karsa. Kata BUDAYA pada dasarnya dipergunakan sebagai singkatan dari KEBUDAYAAN yang berasal dari bahasa Sanskerta BUDDHAYAH, bentuk jamak dari kata BUDDHI yang berarti BUDI atau AKAL.

Dalam bahasa Latin berasal dari kata COLERA, sementara bahasa Belanda yaitu CULTUUR, dan bahasa Inggris adalah CULTURE.

COLERA (Latin) memiliki arti Mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian, lambat laun akhirnya berubah menjadi CULTURE, yaitu SEGALA DAYA DAN AKTIVITAS MANUSIA UNTUK MENGOLAH DAN MENGUBAH ALAM.

Para sarjana-sarjana ilmu sosial banyak yang memberikan definisi tentang pengertian budaya. A. L. KROEBER dan C. KLUCKHOHN pernah melakukan pengumpulan definisi budaya yang dipakai oleh masyarakat dalam bentuk tulisan (catatan). Ada sekitar 160 buah definisi budaya yang mereka dapatkan. Dari 160 buah definisi tersebut, semuanya mereke teliti, mencari latar belakang, prinsip, dan intinya. Kemudian mereka membuat klasifikasi kedalam beberapa tipe definisi. Buku yang berjudul "CULTURE, A CRITICAL OF CONCEPTS AND DEFINITIONS" merupakan hasil dari penelitian definisi budaya yang mereka temukan.

Menurut E. B. TAYLOR, 1871:
"suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat"

Menurut KOENTJARANINGRAT, 1979:
"keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar"

Menurut HERSKOVITS, 1955:
"bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia"


BUDAYA YANG BERSIFAT ABSTRAK

Budaya yang bersifat abstrak adalah budaya yang terbentuk dalam pikiran manusia. Budaya abstrak ini terbentuk dalam wujud ide, gagasan, norma-norma, peraturan-peraturan, serta cita-cita.
Dengan demikian, budaya yang bersipat abstrak adalah wujud ideal dari budaya. Dalam pengertian, ideal dalam berpikir untuk memiliki harapan, cita-cita yang sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.

Pada masa sekarang ini, wujud ideal ini sudah banyak tersimpan dalam karangan-karangan, buku-buku, film, dan media komputer.


BUDAYA YANG BERSIPAT KONKRET

Budaya yang besipat konkret adalah budaya yang berpola dari tindakan atau perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang bisa kita lihat, diraba, diamati, disimpan, atau bahkan difoto.

Menurut RALPH LINTON dalam mengatur hubungan antarmanusia terdapat DESIGNS FOR LIVING atau garis-garis petunjuk dalam hidup sebagai bagian budaya. Mislanya :
1. apa yang baik dan buruk, apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, apa yang sesuai dan tidak  se
    suai dengan keinginan (valuational elements);
2. bagaimana orang harus berlaku (prescriptive elements) ;

3. perlukah diadakan upacara adat pada saat pertunangan, perkawinan, kelahiran, kematian, dan seterusnya (cognitive elements)

Menurut RALPH LINTON, salah satu unsur atau sebab paling utama yang membuat budaya manusia hingga seperti sekarang ini adalah BAHASA. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan alat berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi maka kebudayaan tidak ada.

Jumat, 25 Maret 2011

KERAJAAN BILAH

Posted by winzCyber 15.56, under | 42 comments

SEJARAH KERAJAAN BILAH

Sejarah Kerajaan atau Kesultanan Bilah ini catatan penulisannya diambil dari berbagai tempat dan dari orang-orang yang berhubungan langsung dengan adanya Kerajaan Bilah ini.

Orang yang paling banyak memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan kembali Sejarah Kerajaan Bilah ini adalah Raja Ongah Syarif (alm), merupakan ayahanda dari penulis (Raja Azman Syarif-alm).

Raja Ongah Syarif merupakan keturunan Kerajaan Bilah ke 10 menurut Tambo Kerajaan Bilah Asli. Hampir sepanjang hayatnya hidup dalam pergolakan di daerah ini (Bilah), yaitu terjadinya pertentangan dengan pihak penguasa (Kerajaan Bilah) yang seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi sama-sama berasal dari satu jalur keturunan. Namun, apa yang telah terjadi adalah masa lalu yang menjadi rangkaian sejarah yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta.

Boleh dikatakan bahwa beliau (Raja Ongah Syarif-pen) merupakan orang yang banyak tahu, apalagi pada masa dahulu dia adalah seorang Pokrol atau Pengacara dan mempunyai daya ingat yang cukup kuat. Lahir pada tahun 1897 di Labuhanbilik, dan wafat pada tanggal 25 Oktober 1988 (91 tahun) di Negerilama.

-----------------000000000000----------------

Setelah peristiwa terbunuhnya Sutan Musa disekitar tahun 1617, atau dikatakan Marhum Mangkat di Jambu (Kotapinang), semua anak-anaknya terpaksa melarikan diri.
Salah seorang anaknya yang bernama Raja Tahir, jatuh kedaerah Bandar Kumbol, dearah hulu sungai Bilah. Hal-hal yang terjadi pada masa kedatangannya ke daerah itu, sulit untuk ditelusuri dengan jelas. Namun, sesuai dengan perjalanan catatan sejarah, Raja Tahir gelar Indar Alam, menjadi Raja Kerajaan Bilah yang Pertama, berkedudukan di Bandar Kumbol, daerah hulu sungai Bilah, anak cabang sungai Barumun (Panai), sekarang dalam daerah Kecamatan Bilah Hulu, Kab. Labuhanbatu.

Dimasa Sutan Tahir Indera Alam menjadi Raja Kerajaan Bilah yang pertama (sekitar tahun 1623), wilayah kekuasaannya meliputi daerah Raja-raja kecil, yaitu: Kerajaan Rantau Prapat, Siringo-ringo, Sihare-hare (Sigambal), Gunung Maria, Bandar Kumbol, Sibargot, Tanjung Medan (hulu sungai Bilah),Kuala Pinarik, Merbau, dan lain-lain.

Walaupun menjadi raja, tetapi Sutan Tahir Indera Alam tidak mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, sebagaimana seharusnya seorang raja yang berkuasa. Wilayahnya hanya terbatas di daerah Kumbol yang juga sebagian dikuasai oleh Raja kecil Bandar Kumbol.
Kelihatannya, Sutan Tahir Indera Alam adalah Raja yang dirajakan oleh para raja-raja kecil di daerah itu dan kemungkinan setiap tahunnya membayar upeti, seperti Sultan Siak menerima upeti tiap tahunnya dari raja-raja di Sumatera Timur.

Walaupun Sutan Tahir mempunyai wilayah kekuasaan, tetapi hak tanah diusahai oleh masing-masing raja-raja kecil daerah itu, sementara dia hanya merupakan Raja Yang Dipertuan. Sebagai bukti daerah ini dibawah naungannya, ketika Belanda memasuki daerah ini pada tahun 1865, maupun kedatangan Maskapai Asing untuk mengambil tanah Consesi dari pihak kerajaan, terjadilah tuntutan dari raja-raja kecil tersebut untuk meminta bagian dari hasil tanah.

Dimasa pemerintahan Sutan Tahir Indera Alam terdapat sebuah wilayah yang tidak ingin tunduk padanya, yaitu Kerajaan Gunung Maria. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Malem Kuning Panjang Janggut atau juga dikenal dengan nama Raja Belimbing. Apa yang menyebabkan raja Belimbimbing tidak mau tunduk kepada Raja Tahir Indera Alam, kurang jelas diketahui.

Namun, dari hasil penelusuran penulis (Raja Azman Syarif) yang mana pernah menemui salah satu keturunan Kerajaan Gunung Maria yaitu Raja Juhar (telah berumur 92 tahun pada saat ditemui), wafat pada tanggal 17 Mei 1983 di Kampung Janji, Rantau Prapat, Raja Juhar (alm) mengatakan bahwa perselisihan kedua kerajaan ini tidak melibatkan orang lain (rakyat) melainkan hanya mereka berdua saja. Raja Belimbing tidak ingin diperintah di wilayahnya sendiri. Jika saja perselisihan ini melibatkan rakyat, sudah tentu akan terjadi pertumpahan darah, namun hal ini tidak pernah terjadi.

Oleh pihak Kerajaan Gunung Maria, Sutan Tahir Indera Alam diakui memiliki kesaktian yang sulit dimiliki oleh orang lain pada masa itu. (ketika saya mempostingkan pada bagian ini, merinding bulu kuduk saya...). Apabila Sutan Tahir terbunuh hari ini, maka esok hari dia akan hidup lagi. Jika tubuhnya bercerai berai, dia akan hidup dan utuh kembali.
Raja Belimbing juga memiliki kesaktian yang tak kalah hebatnya. Akhirnya persoalan diantara mereka berdua semakin berlarut-larut. Mereka akhirnya selalu adu kekuatan, namun tak seorangpun yang kalah. Cerita adu kekuatan ini sudah menjadi legenda di daerah hulu sungai bilah, walaupun mungkin pada masa sekarang sudah tidak banyak yang mengetahui.

Sutan Tahir mempunyai beberapa orang istri. Dari istri yang pertama, terdapat beberapa orang anaknya, yang lelaki hanya satu orang. Mungkin karena telah mendapat firasat, maka sejak meningkat dewasa, anaknya yang lelaki tersebut yang bernama Maharaja Nulong, dikirim kepada Sutan Yunus untuk dididik. Sutan Yunus adalah raja Kerajaan Gunung Suasa, yang juga bertempat di daerah hulu sungai Bilah, dan dia juga adalah sepupu Sutan Tahir.

Kepada Sutan Yunus, Sutan Tahir juga meninggalkan amanat yaitu apabila dia telah tiada maka anaknya yang bernama Maharaja Nulong tersebut harus diangkat menjadi penerus Kerajaan Bilah, yaitu menjadi raja Bilah. Adanya amanat ini pun juga diakui oleh pihak Kerajaan Gunung Maria. Menurut mereka, hal ini dilakukan Sutan Tahir karena dia merasa takut anaknya akan dibunuh juga.

Kembali ke kisah pertarungan Sutan Tahir dan Raja Belimbing yang tak kunjung selesai, akhirnya Raja Belimbing mendapatkan sebuah ide yaitu dengan cara mendekati salah satu istri Sutan Tahir untuk mencari informasi tentang kelemahan Sutan Tahir. Raja Belimbing akhirnya mengetahui titik kelemahan kekuatan Sutan Tahir.

Pada esok harinya kembali terjadi pertarungan, Sutan Tahir akhirnya bisa dikalahkan dan ditangkap. Sesuai petunjuk yang diperoleh, tubuh Sutan Tahir dipotong menjadua bagian. Kemudian Raja Belimbing memotong akar kayu yang tumbuh di tepi sungai, yang ujungnya sampai keseberang.

Demikianlah kisah wafatnya Sutan Tahir Indera Alam yang terjadi sekitar tahun 1650 akibat penghianatan salah seorang istrinya.

Setelah Sutan Tahir meninggal dunia, maka kekuasaan sementara dipegang oleh Sutan Yunus dari Kerajaan Gunung Suasa, untuk menunggu Maharaja Nulong menjadi dewasa. Sementara itu, Raja Belimbing tidak ingin merebut kekuasaan yang ditinggalkan oleh Sutan Tahir, dia sudah merasa cukup puas dengan tewasnya Sutan Tahir di tangannya.

Demikianlah riwayat Sutan Tahir, raja Kerajaan bilah yang pertama, yang berhasil dikumpulkan. Wafatnya Sutan Tahir tidak mempengaruhi hubungan baik antara Kerajaan Bilah dan Gunung Maria.

Tiga tahun kemudian, setelah kepergian Sutan Tahir, wafat pulalah Sutan Yunus, raja Gunung Suasa. Maharaja Nulong, walaupun masih dalam keadaan remaja, terpaksa naik menjadi raja Kerajaan Bilah yang kedua, sekaligus pemegang kekuasaan Kerajaan Gunung Suasa. Perlu diketahui, Sutan Yunus tidak mempunyai keturunan, oleh sebab itulah maka Maharaja Nulong menjadi pewarisnya.

                                                                                      

Kamis, 24 Maret 2011

KERAJAAN PANAI

Posted by winzCyber 16.34, under | 16 comments

SEJARAH KERAJAAN PANAI

Kerajaan Panai pada masa kolonial merupakan daerah yang termasuk dalam Residensi Sumatera Timur (menurut strukturnya, mulai terbentang dari Tamiang hingga daerah Riau).

Pada masa kolonial, daerah Panai / Labuhanbilik merupakan pelabuhan ketiga terbesar setelah pelabuhan Belawan dan Tanjung Balai. Begitu pesatnya, akhirnya terdapat perwakilan dagang asing di daerah ini seperti : Guntzel Schumacher ( Jerman ), Herrison ( Inggris ), Vanni dan Deli Aceh ( Belanda ). Selain itu terdapat juga sarana angkutan antar pulau / pelayaran asing seperti kapal “SS Ayutia” milik Jerman, K.P.M ( Belanda ).

Kapal pelayaran ini bergerak menuju Singapura, Malaysia, bahkan menuju Eropa. Saat pecah perang dunia pertama (1914-1918), kapal “SS Ayutia” berlabuh selama 4 tahun di Labuhanbilik.

Labuhanbilik atau Panai didirikan oleh Sutan Kaharuddin ( Marhum Kaharuddin ), Raja Kerajaan Panai ke 4, disekitar tahun 1815. Sebelumnya pusat kerajaan masih berada di hulu sungai. Sementara itu, Kerajaan Panai dibentuk oleh Raja Murai Perkasa Alam.

Asal nama Panai hingga saat ini belum ada yang pasti. Ada yang mengatakan nama Panai berasal dari bahasa Minangkabau (Paneh) yang artinya Panas. Hal ini ada juga benarnya mengingat daerah Panai merupakan daerah yang agak panas udaranya. Juga adanya petunjuk dari barang-barang peti kemas yang dibawa oleh kapal pengangkutan yang menujukan ke Paneh Labuhanbilik.

Sepuluh abad yang lalu, sebelum Kerajaan Panai berdiri, nama Panai atau Pannai telah ada. Nama ini ditemukan pada tahun 1030 masehi dalam sebuah prasasti. Oleh Prof. Nilakanta Sastri, seorang sarjana India, mahaguru Universitas Madras, pada tahun 1940 menterjemahkan isi prasasti tersebut ke dalam bahasa Inggris. Prasasti ini merupakan peninggalan Raja Rayendra Cola I, Kerajaan Tanjore (India Selatan), yang mana pernah melakukan penyerangan ke beberapa wilayah, termasuk wilayah Pulau Sumatera. Daerah yang menjadi tempat penyerangan di Pulau Sumatera antara lain Kerajaan Lamuri (Aceh), Pannai (Sumatera Timur),  dan Sriwijaya (Sumatera Selatan).

Salah satu isi atau nukilan dari prasasti tersebut adalah : "Pannai with water in its bathing ghats".
Pannai yang dimaksud disini terletak di daerah sungai Barumun (Panai), wilayah Sumatera Timur. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya berupa patung-patung tembaga di Padang Lawas oleh Prof. Schnitger, sarjana Belanda, pada tahun 1936. Salah satu diantaranya yaitu Candi Bahal I, merupakan bukti peninggalan Raja Rayendra Cola I yang pernah memasuki wilayah Sumatera Timur (Panai).


Namun, ada yang sangat berbeda dari isi prasasti tersebut (yang menyebut nama Pannai). Isi prasati yang menyebut nama Pannai terlalu sangat sederhana, sangat berbeda dengan isi prasasti yang menyebutkan nama daerah lain yang menunjukkan kedahsyatan penyerangan (pertempuran) yang dilakukan oleh Raja Rayendra Cola I. Sebagai contoh yaitu :
"(Rayendra) having despatched many ships in the midst of the rolling sea and having caught Sanrama Vijayattunggavarman, the King of Kadaram, together with the elephants in his glorious army, (took) the large heap of treasures which (that king) has rightfully accumulated".

Dari nukilan prasasti tersebut dapat diketahui betapa dahsyatnya penyerangan yang dilakukan oleh Raja Rayendra Cola I hingga akhirnya Raja Kadaram (Sang Rama Wijayatunggawarman) dapat ditawan. Hal ini sangat berbeda dengan nama Pannai, sepertinya tidak terjadi pertempuran.

Dapat ditarik kesimpulan yaitu, masuknya Raja Rayendra Cola I ke wilayah Pannai sepuluh abad yang lalu, mereka hanya menemukan daerah itu (Padang Lawas) masih sedikit penghuninya, belum ada kesatuan hukum,  ataupun belum ada ikatan kelompok yang dapat dikatakan sebagai sebuah Kerajaan.

Dari keterangan diatas, adanya nama Panai tentu setidaknya melibatkan nama sungai Panai (Barumun) ataupun sungai Batang Pane, anak cabang sungai Barumun. Diduga, nama sungai-sungai ini telah ada sebelum datangnya Raja Rayendra Cola I, kemudian dengan nama sungai inilah mereka gunakan untuk dituliskan dalam prasati.

Raja Murai Perkasa Alam juga ada kemungkinan menamakan daerah kerajaannya (Kerajaan Panai) bersumber dari nama sungai.


Demikianlah uraian singkat asal nama Kerajaan Panai. Walaupun demikian, data-data yang dituliskan diatas bukanlah menjadi data-data mutlak, namun jika ingin lebih dalam mengetahuinya lagi tentu akan sangat sulit ditelusuri. Yang pastinya, nama Panai atau Pannai telah ada 10 abad yang lalu.

oooo000000oooo

Tags


Lambang Kabupaten Labuhanbatu

Rantau Prapat

Rantau Prapat
Kantor Pos dan Telephon pada tahun 1934

Labuhanbilik

Labuhanbilik
Biro Imigrasi untuk pendatang dari Jawa (kuli kontrak-1925) di Labuhanbilik

Istana Kotapinang

Istana Kotapinang
Istana Kesultanan di Kotapinang

Istana Bilah

Istana Bilah
Istana Kesultanan Bilah di Negerilama

Istana Maimun

Istana Maimun
Istana Sultan Deli - 1897

Istana Kerajaan Siak